Me Vs Schrodinger’s Cat

schrodingers_cat
from http://www.e-roleplay.com/are-your-salespeople-schrodingers-cat-or-a-thought-experiment-on-sales-training-sustainment/

Bayangkan kamu sedang menunggu bus tiba. Kamu berdiri di sebuah halte yang sepi. Kamu menggunakan sebuah headphone, lalu mendengarkan musik dengan volume yang keras sehingga jika ada orang berteriak di sampingmu, kamu tidak dapat mendegarnya. Selanjutnya, untuk suatu alasan yang tidak diketahui, kamu memunggungi badan jalan lalu menutup mata. Bus mempunyai dua kemungkinan, bus sudah tiba atau bus belum tiba. Dalam keadaan ini kedua pernyataan itu benar, oleh karena itu bus sudah tiba sekaligus belum tiba pada saat bersamaan sampai kamu membalikan badan dan melihat dengan kedua matamu sendiri.

Selamat! Kamu sudah melakukan eksperimen kecil mengenai superposition.

cat1
from http://ova-achiever.blogspot.com/2012/10/peeing-on-schrodingers-cat.html

Eksperimen teoritis serupa pernah dilakukan oleh Schrodinger dan kucing imajinernya pada tahun 1935. Seekor kucing, sebotol asam beracun, dan sumber radioaktif ditempatkan pada sebuah wadah tertutup.  Jika satu saja atom radioaktif itu meluruh pada saat eksperimen maka botol asam akan pecah dan membunuh si kucing (poor cat).  Pada saat ini, sang pengamat tidak dapat memastikan jika atom akan meluruh atau tidak. Dengan demikian pada saat yang sama kucing berada pada kondisi hidup dan mati.

scrhrodunger
from http://fashionablygeek.com/t-shirts/where-schrodinger-and-venn-overlap-t-shirt

Funny, knowing and not knowing about something can happened at the same time.

Jika kalian pernah belajar atau setidaknya membaca tentang fisika quantum, maka kalian akan tahu posisi seorang pengamat akan memengaruhi hasil dari sebuah eksperimen. Lalu keadaan psikologis apa yang dialami oleh si pengamat saat melakukan eksperimen si kucing ini?

Pembukaannya panjang, ya? Iya, maaf.

Beberapa minggu lalu, saya menulis sebuah status di facebook, ”you are like a macro manifestation of quantum superpostion. Loving you put me into epistemic ambivalence state.”, lalu dengan kampretnya seorang Dini Ehom berkomentar, “lo kalo lagi laper agak rumit ya haha”. Kampret. Tapi, sekampret-kampretnya Dini, komentar itu menggambarkan keadaan saya beberapa tahun belakangan, rumit. Ru-mit.

Semua yang saya tahu dan saya percayai selama ini berbeda dengan realitas yang  saya amati. Saya merasa berada di ruang sepi, dengan pikiran-pikiran yang bergaung tidak berhenti dan saling menghantamkan caci maki. Saya merasa tahu terlalu banyak dan tidak tahu apa-apa pada saat bersamaan. Sekaligus menjawab pertanyaan di atas, pada saat ini saya berada pada keadaan psikologis epistemic ambivalence.

Sederhananya, epistemic ambivalence menggambarkan keadaan tahu dan tidak tahu pada saat bersamaan. Ini terjadi ketika seorang individu diberikan beberapa skenario atau pemikiran, tapi hanya satu di antara itu yang benar (superposition). Individu ini sedemikian sehingga akan berada pada keadaan epistemic ambivalence selamanya sampai dia tahu mana yang benar, but then again which one is the truth?

Jika hidup sesederhana membalikan tubuh ke badan jalan atau dengan membuka wadah si kucing, maka kita akan tahu pernyataan mana yang benar. Tapi, hidup penuh dengan variabel yang kadang membingungkan, dan masalah saya lebih besar dari pada hidup atau matinya seekor kucing imajiner. Damn you, cat.

Saya memasuki limbo dan tidak akan pernah kembali.  Ketakutan saya adalah faktanya saya tidak akan pernah tahu. Saya tidak akan pernah tahu kenapa sesuatu terjadi atau tidak terjadi. Tidak tahu mana yang benar dan yang tidak benar. Meminjam sebuah kutipan dari The Carrie Diaries, “ with knowledge come power. So it’s safe to assume the inverse is also true; with no knowledge comes vulnerability.”. Di  sini saya merasa sedih.

Pada akhirnya, saya memutuskan untuk menerima keadaan ini. Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah tahu kenapa ini terjadi, mungkin memang seharusnya begini dalam pencarian jati diri. Kalau meminjam kalimat Alexander Thian (amrazing) , ini galau usia 20-an saya. Maybe this fear is okay.  What is out there that is unknow can make me a better person and to do more.

***

I lost count of how many blogs that I created, but I hope this will be the last.

See you tomorrow…. or next week…. or next month…. or next year.

Nah, just kidding.

Mengalami hal yang sama? Silakan hubungi pemadam kebakaran terdekat.

Feel free to comment. 🙂

Leave a comment